Padam
Tetes darah masih membasahi asa
Mengalir deras tanpa rasa curiga
Bersama penantian ia redam
Bersama kematian ia terlenyapkan
Luka ini, kapankah kan terobati?
Sesaat sembuh, lalu muncul tak mau pergi
Senja itu telah hilang
Di antara deburan ombak, senja telah menghilang
Meninggalkan bulan dalam keterombang-ambingan
Membuat malam kian mencekam
By: Isnaini
Sebekas Cahaya
Siluet senja terhampar seadanya
Memberi arti akan kehadiran malam, kegelapan
Tangan-tangan manusia yang perlahan bermutasi menjadi cakar elang
Kini makin berkuasa
Mencabik mangsa tanpa rasa iba
Melihat hidup dengan mata ego, hasrat rimbanya
Katakanlah ini dekadensi moral
Kejayaan hukum rimba dalam peradaban
Siluet senja terhampar seadanya
Memberi arti akan kehadiran malam, kegelapan
Tangan-tangan manusia yang perlahan bermutasi menjadi cakar elang
Kini makin berkuasa
Mencabik mangsa tanpa rasa iba
Melihat hidup dengan mata ego, hasrat rimbanya
Katakanlah ini dekadensi moral
Kejayaan hukum rimba dalam peradaban
PASIR DI LANGIT
Dalam garis rembulan
Terang bintang membelenggu semesta
Itukah aku iblis jelita
Pengepak sayap asmara ratu angkasa
Singgasana api rindu telah tersayat menjadi pasir mimpi
Dalam senja abadi
Ingin ku jamah butiran pasir langit dengan jemari
Dan ku jadikan prasati di kesunyiaan hati
Sekarang elegi menjadi simfoni kerinduan musisi akhirat
Belati berkarat berlumur darah nan dosa
Dalam garis rembulan
Terang bintang membelenggu semesta
Itukah aku iblis jelita
Pengepak sayap asmara ratu angkasa
Singgasana api rindu telah tersayat menjadi pasir mimpi
Dalam senja abadi
Ingin ku jamah butiran pasir langit dengan jemari
Dan ku jadikan prasati di kesunyiaan hati
Sekarang elegi menjadi simfoni kerinduan musisi akhirat
Belati berkarat berlumur darah nan dosa
Langganan:
Postingan (Atom)